Selasa, 10 Oktober 2017

PERHITUNGAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS
MESIN MIXER BANBURY 270 L DAN MESIN BIAS CUTTING LINE 2
(STUDI KASUS PT. SURYARAYA RUBBERINDO INDUSTRIES)

Terhentinya suatu proses dilantai produksi seringkali disebabkan adanya masalah dalam fasilitas produksi, misalnya kerusakan-kerusakan mesin yang tidak terdeteksi selama proses produksi berlangsung yang mengakibatkan terhentinya proses produksi. Hal ini tentu sangat merugikan perusahaan karena selain dapat menurunkan tingkat kepercayaan konsumen juga mengakibatkan adanya biaya-biaya yang harus dikeluarkan akibat kerusakan tersebut. Salah satu permasalahan ang dihadapi oleh divisi produksi adalah bagaimana melaksanakan proses produksi seefisien dan seefektif mungkin. Fungsi pemeliharaan bukanlah suatu pemborosan tetapi merupakan suatu investasi dalam sistem manufaktur yang maju (Mulyati,2011).
Usaha perbaikan pada industri manufaktur, dilihat dari segi peralatan adalah dengan meningkatkan efetivitas mesin/peralatan yang ada seoptimal mungkin. Pada prakteknya, seingkali usaha perbaikan yang dilakukan tersebut hanya pemborosan, karena tidak menyentuh akar permasalahan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mengetahui dengan jelas permasalahan ang terjadi dan faktorfaktor yang menyebabkan permasalahan tersebut. Untuk itu diperlukan suatu metode yang mampu mengungkap masalah yang ada dengan jelas agar dapat dilakukan peningkatan kinerja dengan optimal (Hasriyono, 2009).
Tingkat efektivitas mesin sudah sewajarnya menjadi suatu faktor penting. Overall Equipment Effectiveness, atau “OEE” adalah metode sistematis untuk melakukan pengukuran tingkat efektivitas proses suatu peralatan. Perhitungan OEE dapat diukur dari data aktual yang terkait dengan availability, performance efficiency, dan quality of product. Informasi yang didapatkan dari perhitungan OEE dapat digunakan untuk melakukan identifikasi dan mengklasifikasikan rendahnya kinerja suatu peralatan atau mesin. Nilai OEE sering dijadikan sebagai ukuran kunci dalam total productive maintenance (TPM) guna meningkatkan efisiensi peralatan atau mesin berdasarkan skala prioritas. Penilaian yang terkait dengan OEE mengikuti standar global yaitu 90% untuk nilai availability, 95% untuk nilai performance efficiency, dan 99% untuk quality of product serta 85% untuk nilai OEE secara
keseluruhan. Secara umum, besar kecilnya nilai OEE dipengaruhi oleh enam faktor yang biasa disebut dengan Six Big Losses (Wauters dan Mathot, 2002).
Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian ini menjelaskan mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan yang peneliti angkat pada PT Suryaraya Rubberindo Industries, dimulai dengan studi pendahuluan, menemukan masalah hingga diperoleh hasil akhir yaitu usulan guna meminimalisasi Six Big Losses yang paling berpengaruh terhadap nilai Overall Equipment Effectiveness pada mesin Mixer Banbury 270 L dan mesin Bias Cutting Line 2.
OEE
Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah suatu perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keefektifan suatu mesin atau peralatan yang ada. OEE merupakan salah satu metode yang terdapat dalam Total Productive Maintenance (TPM). Pada umumnya OEE digunakan sebagai indikator performansi dari suatu mesin atau peralatan. Pengukuran OEE sendiri dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas area atau bagian dari proses produksi yang perlu ditingkatkan serta untuk mengetahui area bottleneck yang terdapat pada lintasan produksi. Perhitungan OEE dapat digunakan untuk menekan bahkan menghilangkan kerugiankerugian yang disebabkan oleh Six Big Losses. Terdapat tiga variabel perhitungan yang mempengaruhi besarnya nilai OEE suatu mesin atau peralatan. Ketiga variabel tersebut adalah :
a. Availability Rate
Availability Rate adalah suatu indikator yang digunakan untuk menunjukkan kehandalan suatu mesin atau peralatan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya nilai availibility
rate yaitu :
Loading Time : total waktu yang tersedia untuk melakukan produksi dalam sehari
Planned Production Time : total waktu yang dibutuhkan untuk melakukan produksi dalam sehari.
Planned Downtime : waktu downtime yang sudah ditetapkan seperti isitrahat, makan siang, preventive maintenance dan sebagainya.
Unplanned Downtime : waktu downtime yang tidak ditetapkan seperti mesin rusak, mati listrik dan sebagainya.
Operating Time : waktu yang aktual yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi. Rumus perhitungan Availability
b. Performance Efficiency
Performance Efficiency adalah salah satu indikator yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan mesin atau peralatan yang bekerja dengan kecepatan standarnya. Faktor yang mempengaruhi nilai performance efficiency antara lain :
Operating Time : waktu yang aktual yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi.
Processed Amount : jumlah semua produk yang diproduksi dalam sehari.
Ideal Cycle Time : waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu unit produk.