PERHITUNGAN
NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS
MESIN MIXER
BANBURY 270 L DAN MESIN BIAS CUTTING LINE 2
(STUDI
KASUS PT. SURYARAYA RUBBERINDO INDUSTRIES)
Terhentinya
suatu proses dilantai produksi seringkali disebabkan adanya masalah dalam
fasilitas produksi, misalnya kerusakan-kerusakan mesin yang tidak terdeteksi
selama proses produksi berlangsung yang mengakibatkan terhentinya proses
produksi. Hal ini tentu sangat merugikan perusahaan karena selain dapat
menurunkan tingkat kepercayaan konsumen juga mengakibatkan adanya biaya-biaya
yang harus dikeluarkan akibat kerusakan tersebut. Salah satu permasalahan ang
dihadapi oleh divisi produksi adalah bagaimana melaksanakan proses produksi
seefisien dan seefektif mungkin. Fungsi pemeliharaan bukanlah suatu pemborosan
tetapi merupakan suatu investasi dalam sistem manufaktur yang maju (Mulyati,2011).
Usaha
perbaikan pada industri manufaktur, dilihat dari segi peralatan adalah dengan meningkatkan
efetivitas mesin/peralatan yang ada seoptimal mungkin. Pada prakteknya,
seingkali usaha perbaikan yang dilakukan tersebut hanya pemborosan, karena
tidak menyentuh akar permasalahan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena
tim perbaikan tidak mengetahui dengan jelas permasalahan ang terjadi dan
faktorfaktor yang menyebabkan permasalahan tersebut. Untuk itu diperlukan suatu
metode yang mampu mengungkap masalah yang ada dengan jelas agar dapat dilakukan
peningkatan kinerja dengan optimal (Hasriyono, 2009).
Tingkat
efektivitas mesin sudah sewajarnya menjadi suatu faktor penting. Overall
Equipment Effectiveness, atau “OEE” adalah metode sistematis untuk melakukan
pengukuran tingkat efektivitas proses suatu peralatan. Perhitungan OEE dapat diukur
dari data aktual yang terkait dengan availability, performance efficiency, dan
quality of product. Informasi yang didapatkan dari perhitungan
OEE dapat digunakan untuk melakukan identifikasi dan mengklasifikasikan
rendahnya kinerja suatu peralatan atau mesin. Nilai OEE sering dijadikan sebagai
ukuran kunci dalam total productive maintenance (TPM) guna
meningkatkan efisiensi peralatan atau mesin berdasarkan skala prioritas. Penilaian
yang terkait dengan OEE mengikuti standar global yaitu 90% untuk nilai availability,
95% untuk nilai performance efficiency, dan 99% untuk quality of
product serta 85% untuk nilai OEE secara
keseluruhan.
Secara umum, besar kecilnya nilai OEE dipengaruhi oleh enam faktor yang biasa
disebut dengan Six Big Losses (Wauters dan Mathot, 2002).
Metodologi
Penelitian
Metodologi
penelitian ini menjelaskan mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam menyelesaikan
permasalahan yang peneliti angkat pada PT Suryaraya Rubberindo Industries,
dimulai dengan studi pendahuluan, menemukan masalah hingga diperoleh
hasil akhir yaitu usulan guna meminimalisasi Six Big Losses yang paling berpengaruh
terhadap nilai Overall Equipment Effectiveness pada mesin Mixer
Banbury 270 L dan mesin Bias Cutting Line 2.
OEE
Overall
Equipment Effectiveness (OEE) adalah suatu perhitungan yang
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keefektifan suatu mesin atau peralatan
yang ada. OEE merupakan salah satu metode yang terdapat dalam Total
Productive Maintenance (TPM).
Pada umumnya OEE digunakan sebagai indikator performansi dari suatu mesin atau peralatan.
Pengukuran OEE sendiri dapat digunakan untuk mengetahui
efektivitas area atau bagian dari proses produksi yang perlu ditingkatkan serta
untuk mengetahui area bottleneck yang terdapat pada lintasan produksi. Perhitungan
OEE dapat digunakan untuk menekan bahkan menghilangkan kerugiankerugian yang
disebabkan oleh Six Big Losses. Terdapat tiga variabel perhitungan yang mempengaruhi
besarnya nilai OEE suatu mesin atau peralatan. Ketiga variabel tersebut adalah
:
Availability
Rate adalah suatu indikator yang digunakan untuk menunjukkan
kehandalan suatu mesin atau peralatan. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi besarnya nilai availibility
rate yaitu
:
Loading Time :
total waktu yang tersedia untuk melakukan produksi dalam sehari
Planned Downtime :
waktu downtime yang sudah ditetapkan seperti isitrahat, makan siang, preventive
maintenance dan sebagainya.
Unplanned Downtime :
waktu downtime yang tidak ditetapkan seperti mesin rusak, mati listrik
dan sebagainya.
Operating Time :
waktu yang aktual yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi. Rumus
perhitungan Availability
b. Performance
Efficiency
Performance
Efficiency adalah salah satu indikator yang
digunakan untuk menunjukkan kemampuan mesin atau peralatan yang bekerja dengan
kecepatan standarnya. Faktor yang mempengaruhi nilai performance efficiency antara
lain :
Operating Time :
waktu yang aktual yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi.
Processed Amount :
jumlah semua produk yang diproduksi dalam sehari.
Ideal Cycle Time :
waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu unit produk.